Mengapa Bulan Ramadan Tiap Tahun Selalu Maju?
loading...
A
A
A
JAKARTA - Mengapa bulan Ramadan tiap tahun selalu maju? Pertanyaan ini sering muncul di tengah kehidupan masyarakat.
Seperti diketahui, Ramadan merupakan bulan yang spesial bagi umat muslim di seluruh dunia, tak terkecuali di Indonesia. Karena dilimpahkannya berkah selama Ramadan, maka bulan suci ini selalu dinanti kehadirannya oleh umat Islam.
Namun, tiap tahun, bulan Ramadan selalu maju. Jika dilihat dari kalender masehi, tahun ini, Ramadan jatuh pada Maret 2023. Lebih tepatnya dimulai menjelang akhir bulan atau tanggal 23.
Hal inilah yang membuat sebagian orang merasa heran bahwa bulan Ramadan terasa makin cepat setiap tahunnya jika dilihat dari kalender masehi.
Lantas, mengapa demikian? Berikut beberapa alasan mengapa bulan Ramadan tiap tahun selalu maju?
Alasan bulan Ramadan begitu cepat adalah penghitungannya berbeda dari kalender yang biasa digunakan sebagai acuan. Mengingat Islam menggunakan kalender lunar atau bulan yakni mengacu pada siklus bulan. Kalender Islam dikenal dengan kalender hijriah .
Penanggalan dalam kalender hijriah didasarkan pada perubahan fase bulan yaitu penampakan hilal atau bulan sabit ke hilal berikutnya.
Satu periode hilal sama dengan satu periode sinodik bulan, lamanya yakni 29,5306 hari. Kedua kalender itu sama-sama terdiri dari 12 bulan.
Satu tahun hijriah mempunyai 12 periode sinodik bulan atau 354,366 hari, dibulatkan menjadi 354 hari atau 355 hari untuk tahun kabisat.
Sementara kalender masehi berdasarkan pada peredaran bumi mengelilingi matahari. Lama perjalanan bumi mengelilingi matahari sekitar 365,2422 hari, dibulatkan menjadi 365 hari atau 366 hari untuk tahun kabisat.
Jadi, bisa terlihat apabila antara penanggalan hijriah dan masehi mempunyai jumlah hari yang berbeda. Hijriah lebih cepat 10 hingga 12 hari per tahunnya jika dibandingkan dengan kalender masehi.
Perbedaan jumlah hari dalam setahun hijriah dan masehi tersebut yang menyebabkan pelaksanaan ibadah Ramadan, perayaan Idul Fitri serta Idul Adha selalu maju 10 hingga 12 hari dari tahun sebelumnya apabila dilihat pada tahun masehi.
Apabila dilihat pada tahun hijriah, bulan Ramadan selalu pada tanggal yang sama setiap tahunnya.
Karena tahun hijriah berbeda sekitar 11 hari dari tahun masehi, 1 Ramadan dapat terjadi dua kali dalam setahun, seperti pada tahun 1965 dan 1997.
Dan 1 Ramadan akan terjadi dua kali dalam kalender masehi lagi pada 2030, 2063, 2095, 2128, 2160, 2193, 2225, 2258, 2290, dan 2323 (akan terus terjadi setiap 32 atau 33 tahun).
Seperti diketahui, Ramadan merupakan bulan yang spesial bagi umat muslim di seluruh dunia, tak terkecuali di Indonesia. Karena dilimpahkannya berkah selama Ramadan, maka bulan suci ini selalu dinanti kehadirannya oleh umat Islam.
Namun, tiap tahun, bulan Ramadan selalu maju. Jika dilihat dari kalender masehi, tahun ini, Ramadan jatuh pada Maret 2023. Lebih tepatnya dimulai menjelang akhir bulan atau tanggal 23.
Hal inilah yang membuat sebagian orang merasa heran bahwa bulan Ramadan terasa makin cepat setiap tahunnya jika dilihat dari kalender masehi.
Lantas, mengapa demikian? Berikut beberapa alasan mengapa bulan Ramadan tiap tahun selalu maju?
1. Perbedaan Acuan Kalender
Alasan bulan Ramadan begitu cepat adalah penghitungannya berbeda dari kalender yang biasa digunakan sebagai acuan. Mengingat Islam menggunakan kalender lunar atau bulan yakni mengacu pada siklus bulan. Kalender Islam dikenal dengan kalender hijriah .
2. Didasarkan pada Fase Bulan
Penanggalan dalam kalender hijriah didasarkan pada perubahan fase bulan yaitu penampakan hilal atau bulan sabit ke hilal berikutnya.
3. Perbedaan Penanggalan Hijriah dan Masehi
Satu periode hilal sama dengan satu periode sinodik bulan, lamanya yakni 29,5306 hari. Kedua kalender itu sama-sama terdiri dari 12 bulan.
Satu tahun hijriah mempunyai 12 periode sinodik bulan atau 354,366 hari, dibulatkan menjadi 354 hari atau 355 hari untuk tahun kabisat.
Sementara kalender masehi berdasarkan pada peredaran bumi mengelilingi matahari. Lama perjalanan bumi mengelilingi matahari sekitar 365,2422 hari, dibulatkan menjadi 365 hari atau 366 hari untuk tahun kabisat.
Jadi, bisa terlihat apabila antara penanggalan hijriah dan masehi mempunyai jumlah hari yang berbeda. Hijriah lebih cepat 10 hingga 12 hari per tahunnya jika dibandingkan dengan kalender masehi.
Perbedaan jumlah hari dalam setahun hijriah dan masehi tersebut yang menyebabkan pelaksanaan ibadah Ramadan, perayaan Idul Fitri serta Idul Adha selalu maju 10 hingga 12 hari dari tahun sebelumnya apabila dilihat pada tahun masehi.
Apabila dilihat pada tahun hijriah, bulan Ramadan selalu pada tanggal yang sama setiap tahunnya.
4. Bisa Terjadi Dua Kali Setahun
Karena tahun hijriah berbeda sekitar 11 hari dari tahun masehi, 1 Ramadan dapat terjadi dua kali dalam setahun, seperti pada tahun 1965 dan 1997.
Dan 1 Ramadan akan terjadi dua kali dalam kalender masehi lagi pada 2030, 2063, 2095, 2128, 2160, 2193, 2225, 2258, 2290, dan 2323 (akan terus terjadi setiap 32 atau 33 tahun).
(nug)